KOTA MALANG – Atlet Taekwondo Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang kembali mendulang prestasi. Kali ini perjuangan atlet Taekwondo ITN Malang membawa pulang lima medali dari ajang Kejurprov Taekwondo Antar Pelajar se-Jawa Timur 2022.
Kejuaraan diikuti ribuan peserta mulai tingkat sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi dengan usia 5-24 tahun. Kejurprov dipusatkan di Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP), Kabupaten Gresik mulai Kamis-Minggu (15-18/9/2022).
Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) Taekwondo ITN Malang menurunkan lima atlet dan meraih 2 emas, 3 perak. Medali emas diraih oleh Bernika Natasya Ifada, Kyorugi Female U73, (Teknik Geodesi) dan Maria Flaviana Magwan, Kyorugi Female U62 (Teknik Geodesi). Sementara medali perak diraih oleh Rafael Alexandro Djawa Nuwa, Kyorugi Male U54 (Teknik Sipil), Vincentius A Paulo Adhitiya Eka Darmawan, Kyorugi Male O+87 (Teknik Elektro), Ani Pitriya Rizki, Kyorugi Female U57 (Teknik Informatika).
Baca juga:
Sumbar Masuk Enam Besar IGA 2021
|
Dari lima atlet berprestasi kali ini ada dua atlet yang baru satu tahun bergabung dengan UKM Taekwondo ITN Malang, namun sudah menorehkan prestasi. Mereka adalah Maria Flaviana Magwan, dan Rafael Alexandro Djawa Nuwa.
Maria Flaviana Magwan, peraih medali emas merupakan mahasiswa teknik geodesi. Ia berlaga pada kelas Kyorugi Female U62. Mahasiswa yang akrab disapa Alda ini baru satu tahun bergabung dengan UKM Taekwondo ITN Malang. Di Kejurprov ia bertanding tiga kali melawan atlet dari Kediri, Mojokerto, dan Malang.
“Semenjak sekolah sebenarnya pengen masuk taekwondo. Tapi tidak ada ekstra taekwondo. Jadi, waktu kuliah ada UKM Taekwondo langsung saya bergabung, ” ujar mahasiswa asal NTT ini saat ditemui bersama rekan-rekannya di Ruang Humas ITN Malang, Jumat (23/9/2022)
Bagi Alda, Kejurprov Taekwondo Antar Pelajar untuk ajang meningkatkan prestasi. Bahkan dengan selisih perolehan poin cukup jauh dari lawan. Ia cukup bersyukur, karena prestasinya naik. Sebab pada kompetisi Bulan Maret 2022 di Banten lalu ia hanya mampu meraih perak.
“Senang ya bisa dapat emas. Waktu final selisih poinnya cukup jauh, 29 VS 4 poin untuk lawan, ” ucapnya. Meskipun sempat kram dibagian kaki, namun tidak menghalangi baginya untuk bertanding.
Sedangkan Rafael Alexandro Djawa Nuwa, Kejurprov menjadi kejuaraan kali pertama baginya. Meskipun waktu final mahasiswa yang akrab disapa Exan ini sempat turun stamina. Ia juga sempat grogi di ronde pertama.
“Karena kecapean mungkin ya. Jadi, stamina sempat turun di akhir ronde kedua. Waktu final selisih poin saya sebenarnya tipis. Poin 25 VS 29 untuk lawan. Pas ronde awal terlalu grogi, sehingga sulit mengatur pernafasan, ” terangnya.
Saling jaga. Tim Taekwondo ITN Malang saat perjalanan menuju Kabupaten Gresik dengan menggunakan kereta api. (Foto: Istimewa)
Ketertarikannya dengan taekwondo bermula dari sang kakak yang juga atlet taekwondo ITN Malang. Dulu, tiap kakaknya pulang Exan sering diajari teknik-teknik dasar taekwondo seperti tendangan.
“Kakak saya juga alumnus ITN, Teknik Geodesi. Kedepannya saya akan menambah latihan fisik. Karena fisik saya masih terlalu lemah, ” kata mahasiswa asal NTT ini.
Peraih medali emas lainnya adalah Bernika Natasya Ifada, Kyorugi Female U73. Prestasi dara satu ini tidak perlu diragukan lagi. Selama di ITN Malang lebih dari 10 medali ia kumpulkan. Di final Tasya akrab disapa melawan atlet dari Universitas Brawijaya, dan perolehan poinnya cukup jauh.
“Kemarin sempat kenalan dengan lawan. Untuk poinnya sendiri 31 VS 6 bagi lawan, ” ujarnya.
Sebagai senior Tasya berharap UKM Taekwondo ITN Malang kedepannya terus membudayakan kompetisi Kyorugi. Sebenarnya yang sering dikompetisikan ada dua, kelas Kyorugi dan Poomsae.
“Semoga kedepan UKM Taekwondo lebih banyak generasi barunya. Di kejuaraan selanjutnya dapat hasil yang lebih baik. Dan, jangan sampai putus tengah jalan, ” imbuhnya.
Atlet taekwondo yang sangat berhati-hati bertanding dari sekian atlet ITN Malang adalah Vincentius A Paulo Adhitiya Eka Darmawan. Pasalnya, pundak kanan Vincent dalam kondisi terpasang pen akibat kecelakaan beberapa bulan lalu. Kondisi inilah yang membuat ia tidak maksimal bertanding.
“Mestinya belum boleh ikut kejuaraan. Tapi saya nekat. Waktu tanding sempat kena pukul meskipun tidak terlalu keras. Karena saya sering menjauhkan pundak saya, jadinya lawan tahu kelemahan saya. Dia mengincar dan menyerang ke arah situ terus, ” cerita mahasiswa semester 5 ini.
Kurang dua bulan lagi Vincent akan melepas pen di tangannya. Setelah itu, ia sudah memiliki target untuk memperbanyak ketinggalannya dengan rutin berlatih. “Perlu banyak latihan agar tangan saya kembali seperti semula, ” ujarnya. Vincent sebelumnya pernah juga mendapat medali perak dalam kejuaraan di Balikpapan mewakili klubnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)