SURABAYA – Prestasi di kancah internasional diraih oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kali ini, Achmad Zaenuri Dahlan Putra, salah satu mahasiswa Departemen Sistem Informasi ITS bersama berhasil mengukir prestasi membanggakan sebagai Juara II di ajang Abu Dhabi Digital Authority (ADDA) Capture The Flag (CTF) Competition yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab pada 10 – 14 Oktober 2022 lalu.
Mahasiswa ITS ini sendiri dipercaya sebagai ketua tim yang beranggotakan empat orang yang berasal dari perguruan tinggi lain di Indonesia dan mancanegara. Yaitu dua anggota yang berasal dari Indonesia dan dua anggota lainnya dari Vietnam. “Anggota dari Indonesia adalah seorang mahasiswa dari Institut Teknologi Nasional Malang dan seorang software engineer yang merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2020, ” bebernya.
Mahasiswa yang kerap disapa Ayik mengaku mendapatkan pengakuan dari salah satu komunitas CTF terbesar di dunia. Tim kolaborasi ini berhasil meraih juara II pada ajang bergengsi yang berfokus pada peretasan tersebut. “Ini merupakan salah satu kebanggaan bagi kami karena para pesertanya berasal dari berbagai belahan dunia tanpa memandang umur dan profesi, ” tutur Ayik.
Achmad Zaenuri Dahlan Putra (tengah) bersama tim Good Luck Have Fun (GLHF) yang berasal dari Indonesia
Sebelum berlaga di Dubai, Ayik bersama yang beranggotakan lima orang melalui tahap kualifikasi terlebih dahulu. Pada tahap kualifikasi, tim ini berhasil menyelesaikan beberapa tipe soal. “Saat itu, kualifikasi dilakukan secara online dengan jenis eksploitasi web, eksploitasi biner, rekayasa balik , forensik , kriptografi, dan rekayasa balik seluler , ” jelasnya.
Dengan kegigihannya, berhasil pun berhasil menjadi salah satu dari lima finalis yang diberangkatkan ke Dubai untuk mengaturnya. Selama empat hari, Ayik bersama berlaga berlaga di World Trade Center (WTC) Dubai untuk menguasai. “Saat final, kita diharuskan menyelesaikan lebih banyak (soal) dibanding tahap kualifikasi dan soal yang diberikan pun lebih sulit, ” tulisnya.
Pada babak final, tim yang diberi nama Good Luck Have Fun (GLHF) ini bersama tim finalis lainnya harus menyelesaikan soal web exploit, reverse engineering , forensik , attack defense, lab hacking , dan hardware hacking .
Baca juga:
Anak Petani Madiun Bisa Menjadi Kasal
|
Lima tim finalis saat memperkenalkan pada ajang ADDA CTF Competition di World Trade Center (WTC) Dubai, Uni Emirat Arab
Menurut Ayik, dapat menyelesaikan berbagai masalah, seperti eksploitasi web untuk mendapatkan data, dan membuat aplikasi dengan mencari algoritma program aplikasi tersebut. “Selain itu, saya pun mendapatkan beberapa masalah yang menarik, seperti membobol situs resmi pemerintah Abu Dhabi yang dilengkapi dengan fitur keamanan tinggi, ” tambahnya.
Menariknya lagi, Ayik menjelaskan bahwa harus membobol teknologi lama seperti telepon Rotary hingga teknologi terkini seperti membobol mobil Tesla. Ia berpendapat bahwa tipe soal ini sulit untuk memecahkan masalah lainnya. “Kita harus membobol pintu mobil Tesla melalui frekuensinya sehingga pintu mobil bisa terbuka tanpa kunci, ” terangnya.
Selain diamanahkan menjadi ketua tim, Ayik mencatat untuk menyelesaikan masalah reverse engineering, eksploitasi web, dan kriptografi. Keberanian, masih banyak kompetisi bergengsi internasional yang harus ditaklukkan olehnya. “Salah satu impian saya adalah menjadi juara di ajang Defcon, kompetisi hacking terbesar di dunia, ” ujarnya optimistis. (HUMAS ITS)
Wartawan: Thariq Agfi Hermawan