Tandur Race, Cara ITS Kenalkan Desa di Dalam Kampus

    Tandur Race, Cara ITS Kenalkan Desa di Dalam Kampus

    SURABAYA - Memanfaatkan greenhouse di area Urban Farming Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Unit ITS Smart Eco Campus mengajak sivitas akademika ITS dan masyarakat umum untuk berlomba menanam tanaman organik di acara bertajuk Tandur Race. Tidak hanya menanam, para peserta juga ditantang untuk bisa memanen hasil tanaman yang ditanam selama tiga bulan sebelumnya pada babak final Tandur Race, Kamis (29/12).

    Ketua Pelaksana Tandur Race Ars Iwan Adi Indrawan ST MArs mengungkapkan, kegiatan ini ditujukan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan menanam, tetapi juga dapat melestarikan lingkungan. Hal tersebut dikarenakan proses menanam yang dilakukan peserta tanpa pupuk sintetis. “Jadi kami mendorong peserta dapat menanam dengan hasil panen yang sepenuhnya organik, ” sebut Iwan.  

    Pada Tandur Race ini, para peserta hadir dari berbagai daerah. Sebab peserta juga dapat mengikuti kegiatan ini secara daring, tetapi tetap harus meng-update perkembangan dan kegiatan menanamnya melalui media sosial. Dengan begitu, para peserta secara tidak langsung juga mempromosikan aksi tanam-menanam yang dilakukan ke kerabat-kerabatnya.  

    Sesuai tema Tandur Race kali ini, Hot and Spicy, para peserta diminta untuk menanam tomat, lombok, terong, dan kemangi. Iwan menjelaskan tema bahan baku makanan pedas ini dipilih untuk mendorong ketahanan pangan masyarakat pada median menu Indonesia. “Selera rasa pedas selalu menjadi favorit masyarakat dan menu wajib di Indonesia, di sini kami berniat agar peserta dapat mahir menanam tanaman tersebut, ” ungkap Iwan.

    Setelah tiga bulan menumbuhkan tanaman-tanaman tersebut, para peserta diajak mengikuti klinik Tandur Race. Dipimpin oleh dosen Departemen Biologi ITS Dini Ermavitalini Ssi MSi, klinik Tandur Race ini menjadi media tanya jawab para peserta setelah secara mandiri memanen tanamannya. “Dengan demikian, para peserta diharapkan mendapatkan insight baru dalam memanen tanaman mereka ke depannya, ” tutur Iwan.

    Pada final Tandur Race kali ini turut dimeriahkan dengan pemberian penghargaan kepada pemenang yang paling aktif dan semangat menanam tanamannya. Bahkan, menurut Iwan, terdapat tanaman yang sudah tiga kali panen. Di akhir rangkaian final Tandur Race, para peserta juga diajak mempraktikkan menguleg sambal dari hasil panenan peserta bersama-sama.

    Iwan menganggap bahwa Urban Farming ITS ini seperti wujud sebuah desa di dalam kampus teknologi. Masih banyak yang perlu dikembangkan, tetapi dengan ilmu dan lahan hijau yang luas di ITS, Urban Farming mempunyai potensi yang besar juga. “Ini masih langkah kecil untuk memajukan Smart Eco Campus ITS, tetapi masterplan-nya sudah ada dan akan dibuat, ” tandas Iwan meyakinkan. (HUMAS ITS)

    Reporter: Gandhi Kesuma

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Satgas Yonif 143/TWEJ Wujudkan Asa Warga...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Berita terkait