UB Gandeng Tiga Kampus Luar Negeri Perangi Dampak Perubahan Iklim

    UB Gandeng Tiga Kampus Luar Negeri Perangi Dampak Perubahan Iklim
    Kiri ke Kanan Dr D Praveen, Prof Christopher Millett, Dr Aliya Naheed, Prof Sri Andarini, Prof Vivekananda Jha, Dr Robyn Norton dan Prof Stephen MacMahon.

    KOTA MALANG - Universitas Brawijaya (UB) menggandeng tiga kampus luar negeri, masing-masing The George Institute India, The International Centre for Diarrheal Disease Research Bangladesh (icddr, b), dan Health at Imperial College London untuk bersama-sama memerangi dampak perubahan iklim.

    Ketua Tim Riset Indonesia, Prof Sri Andarini di Malang mengatakan, ketiga kampus tersebut mendapatkan hibah penelitian atau research grant NIHR dari Global Health Research Center.

    Dana sebesar 10 juta poundsterling yang diterima digunakan untuk melakukan penelitian di bidang perubahan iklim dan Penyakit Tidak Menular (PTM).

    NIHR Center memiliki peran strategis dalam mengembangkan penelitian khususnya di Universitas Brawijaya agar para peneliti dapat menemukan solusi terkait perubahan iklim dan Penyakit Tidak Menular (PTM).

    Dia menambahkan bahwa NIHR memiliki peran strategis dalam memberikan saran kebijakan kepada pemerintah daerah dan nasional, terutama untuk melindungi dan membantu orang yang paling rentan di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi.

    “Dalam jangka panjang, NIHR memainkan peran strategis dalam membangun sistem kesehatan yang kuat dan berkelanjutan untuk memitigasi risiko perubahan lingkungan. Ini sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh dan sehat, ” ujar Prof. Andarini.

    Pada pertemuan Global Health Research Center for Non-Communicable Diseases and Environmental Change di New Delhi pada (17/11/2022) keempat universitas berupaya untuk mengatasi tantangan ganda yaitu beban penyakit tidak menular (PTM) yang berkembang pesat dan perubahan lingkungan global di negara yang merupakan negara berpenghasilan rendah dan menengah.

    Negara-negara ini menghadapi tantangan unik dalam menyediakan layanan perawatan primer yang adil dan berkualitas tinggi untuk pencegahan dan pengobatan PTM seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi dan penyakit kardiovaskular, serta kesehatan mental. Hal ini terutama berlaku di antara populasi terpinggirkan yang terpengaruh oleh – atau telah bermigrasi karena – risiko dan paparan lingkungan termasuk polusi udara, banjir, dan gelombang panas.

    Pusat Penelitian akan fokus pada populasi di Bangladesh, Indonesia dan India yang paling rentan terhadap dampak kesehatan dari perubahan iklim.

    Kiri ke Kanan : (dari kiri ke kanan) Prof Arinto Yudi Ponco Wardoyo, Dr Hikmawan Wahyu Sulistomo, Prof Sri Andarini, Prof Christopher Millett, Dr Sujarwoto, Dr Holipah, Dr Harun Al Rasyid
    Berfokus pada Komunitas.

    Prioritas penelitian telah dikembangkan dengan fokus masyarakat, dengan pemberdayaan, keterlibatan, dan penjangkauan sebagai program Pusat Penelitian di mana penduduk lokal dan profesional perawatan kesehatan primer akan secara aktif terlibat dalam desain, implementasi, dan evaluasi intervensi.

    “Pusat ini akan memungkinkan lembaga yang berpartisipasi untuk mengembangkan kapasitas mereka untuk menyediakan penelitian transdisipliner berkualitas tinggi yang dibutuhkan pembuat kebijakan dan masyarakat untuk mengurangi dampak kesehatan dari perubahan iklim di negara fokus kami dan sekitarnya, ” kata Profesor Christopher Millett, co-lead Pusat Penelitian dan Profesor Kesehatan Masyarakat di Imperial College London.

    Sementara itu Profesor Widodo, Rektor Universitas Brawijaya mengatakan UB sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia menyambut baik kerjasama riset dengan George Institute for Global Health dan Imperial College, Inggris, untuk memperkuat Center of Excellence kita.

    “Kolaborasi internasional adalah tujuan strategis yang penting, kunci untuk memberikan hasil yang paling luas untuk kegiatan penelitian di universitas kami. Kami berkomitmen untuk kerjasama internasional dan secara aktif berupaya menjalin kerjasama, termasuk di bidang kesehatan masyarakat, ” kata Prof. Widodo.

    Salinitas air di Bangladesh

    Di Bangladesh, gelombang badai yang disebabkan oleh siklon tropis telah menyebabkan peningkatan salinitas air di sepanjang sabuk pantai. Ini memiliki efek kesehatan yang berbahaya pada penduduk setempat, termasuk peningkatan tekanan darah, penyakit ginjal progresif dan hipertensi gestasional pada wanita hamil.

    Pusat Internasional untuk Penelitian Penyakit Diare Bangladesh (icddr, b) akan bekerja untuk mengidentifikasi dan menguji solusi yang berkelanjutan dan hemat biaya untuk mengurangi salinitas dalam pasokan air di distrik Khulna dan Satkhira.

    Pembakaran plastik di Indonesia

    Pembakaran sampah plastik yang tidak diatur di Indonesia melepaskan bahan kimia berbahaya, seperti dioksin, yang mencemari lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan termasuk penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung, dan kanker.

    Peneliti dari Universitas Brawijaya akan menguji berbagai intervensi multisektoral untuk mengurangi paparan polutan udara akibat pembakaran sampah plastik, khususnya di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dengan sasaran penyakit kardiovaskular dan penyakit paru obstruktif kronik.

    Meningkatkan Keanekaragaman Pangan Di India

    Sistem Distribusi Publik di India memberikan bantuan pangan kepada 800 juta masyarakat berpenghasilan rendah, yang sebagian besar terdiri dari gandum dan beras.

    Beberapa negara bagian telah bereksperimen dengan menambahkan kacang-kacangan, buah dan sayuran segar, minyak, dan garam beryodium tetapi diversifikasi ini belum dievaluasi.

    Pekerjaan Pusat Penelitian akan mencakup penerapan dan evaluasi perubahan yang hemat biaya dan berkelanjutan pada keranjang bantuan pangan di negara bagian Chhattisgarh dan Andhra Pradesh. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan keragaman pola makan untuk pencegahan PTM, menargetkan diabetes dan penyakit kardiovaskular. (Humas UB/Terjemahan Iir)

    kota malang
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Bersama Petugas Puskeswan Babinsa Koramil...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Berita terkait